MANAJEMEN KELAS
(Pengelolaan Lingkungan Belajar)
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen
Kelas
Dosen
Pembimbing: Dessy
Syofianti, S.sos.I., S.Pd., M.Pd.
Disusun Oleh:
Indra Masti
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
MADINATUN
NAJAH
RENGAT
2018
KATA PENGANTAR
Dengan ucapan
puji dan syukur kepada ALLAH SWT yang telah memberikan segala kesempatan dan
kemudahan sehingga makalah ini dapat terselesaikan walaupun masih banyak
kekurangan dari berbagai segi.
Shalawat dan
salam kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW yang telah merubah budaya adat dan tingkah laku yang konservatif
dan tercela kedunia yang penuh norma toleran, mulia dan modern.
Semoga makalah ini dapat
memberikan kontribusi positif dan bermakna dalam proses perkuliahan. Dari lubuk
hati yang paling dalam, sangat disadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami
harapkan.
Terakhir, ucapan terima
kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini. Selain itu, kami juga berterima kasih kepada para
penulis yang tulisannya kami kutip sebagai bahan rujukan.
Rengat, 7 Februari 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
B. Rumusan
Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pengelolaan Lingkungan Belajar
B. Tujuan
Pengelolaan Lingkungan Belajar
1.. Tujuan Penciptaan Lingkungan Yang Merangsang Anak (Inviting Classroom)
2.. Tujuan Penciptaan Lingkungan yang Memfasilitasi Multisensori
Anak
3.. Tujuan Penciptaan Lingkungan yang Memberi Kesempatan Siswa
Beraktivitas
C. Macam-Macam Lingkungan Belajar
1.. Lingkungan Belajar Indoor
2.. Lingkungan Belajar Outdoor
D. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pengelolaan Lingkungan
Belajar
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Banyak hal yang mempengaruhi hasil
belajar siswa, salah satunya adalah suatu kondisi yang kondusif pada lingkungan
belajar. Untuk mengkondusifkan lingkungan belajar, diperlukan adanya
pengelolaan ingkungan belajar. Guru memiliki peranan penting dalam pengelolaan
lingkungan belajar.
Suasana atau lingkungan belajar
yang kondusif akan berpengaruh pada proses belajar mengajar siswa cenderung
mendorong anak untuk belajar dengan tenang dan berkonsentrasi.
Pengelolaan lingkungan belajar
dapat diartikan sebagai suatu proses mengkoordinasikan dan mengintegrasikan
berbagai komponen lingkungan yang dapat mempengaruhi perubahan prilaku anak
sehingga dapat terpasilitasi dengan baik. Pengelolaan lingkungan belajar yang
baik dapat mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.
Oleh karena itu, penulis mengangkat
judul makalah ini “Pengelolaan Lingkungan Belajar” agar calon guru atau tenaga
pendidik dapat mengelola lingkungan belajar dengan baik dan dapat mencapai
tujuan pembelajaran dengan maksimal.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian dari Pengelolaan Lingkungan
Belajar?
2.
Apa Tujuan dari Pengelolaan Lingkungan Belajar?
3.
Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
Pengelolaan Lingkungan Belajar?
4.
Hal-hal
apa saja yang Perlu Diperhatikan dalam Pengelolaan Lingkungan Belajar?
C.
Tujuan
1.
Untuk Mengetahui Konsep Dasar dari Pengelolaan
Lingkungan Belajar
2.
Memahami Pengelolaan Lingkungan Belajar
3.
Mendeskripsikan Tujuan Lingkungan Belajar
4.
Memahami hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
Lingkungan Belajar
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengelolaan Lingkungan Belajar
Pengelolaan berasal dari kata kelola yang mendapat imbuhan pe dan
akhiran an yang mempunyai arti ketatalaksanaan, tata pimpinan, atau bisa
disebut juga memenejemen.[1]
Sedangkan lingkungan belajar adalah suatu tempat yang berfungsi sebagai wadah
atau lapangan terlaksananya proses belajar mengajar atau pendidikan. Tanpa
adanya lingkungan, pendidikan tidak dapat berlangsung.
Jadi pengelolaan diartikan sebagai segala usaha yang diarahkan untuk
mewujudkan suasana belajar yang efektif dalam mencapai tujuan belajar. Dengan
demikian, upaya pengelolaan lingkungan belajar dimaksudkan agar lingkungan
mampu menstimulasi siswa berpartisipasi dalam kegiatan belajar dengan optimal,
sehingga semua tujuan belajar dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.[2]
B. Tujuan Pengelolaan Lingkungan Belajar
Pada proses belajar mengajar
pengelolaan lingkungan belajar mempunyai tujuan secara umum yaitu menyediakan
fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan siswa dalam lingkungan sosial, emosional
dan intelektual dikelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa untuk
belajar dan bekerja dan mengembangkan sikap apresiasi pada siswa.
Secara lebih khusus dan sistematis,
terdapat dua tinjauan yang mengarahkan tujuan dari pengelolaan lingkungan
belajar. Pertama ditinjau dari sudut Performance atau tampilan muka dari
lingkungan belajar, dan kedua dari
aspek isi atau content dari
lingkungan belajar tersebut.
Dari aspek Performances, pengelolaan lingkungan belajar diarahkan untuk dapat
menampilkan lingkungan yang mampu mengundang atau merangsang siswa untuk
tertarik beraktivitas didalam lingkungan belajar yang telah disediakan.
Sedangkan dari aspek isi, terdapat dua
hal mendasar yang harus dicapai dari pengelolaan lingkungan belajar bagi
siswa, yaitu kemampuan lingkungan belajar tersebut dalam memfasilitasi
multisensory siswa serta kemampuan lingkungan belajar dalam memberi kesempatan
pada anak untuk beraktivitas dan berkreasi secara efektif dan efisien. Secara
skematik, gambaran dari tujuan tersebut dapat di ilustrasikan sebagai berikut.[3]
Skema Tujuan
Pengelolaan Lingkungan Belajar
Penjelasan skema
dari tujuan-tujuan pengelolaan lingkungan belajar tersebut secara satu per satu
dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.
Tujuan
Penciptaan Lingkungan Yang Merangsang Anak (Inviting
Classroom)
Lingkungan belajar yang memiliki kualitas Performances tinggi akan dengan mudah
menarik siswa memasuki (Inviting
Classroom) ruangan kelas. Jadi, keberhasilan dalam pengelolaan lingkungan
belajar dari sudut Performances atau
perwajahan adalah kecenderungan siswa dengan memasuki ruangan kelas atau
lingkungan yang dirancang tersebut dengan bergairah
2.
Tujuan
Penciptaan Lingkungan yang Memfasilitasi Multisensori Anak
Tujuan penciptaan lingkungan belajar yang dapat
memfasilitasi multisensory siswa adalah menyiapkan dan mengelola lingkungan
belajar yang dapat merangsang berbagai indra siswa secara baik.[4] Semakin
tinggi kemampuan lingkungan belajar yang dikemas memfasilitasi keragaman indra
siswa-siswa, berarti semakin baik kualitas lingkungan belajar yang diciptakan
tersebut.
3.
Tujuan
Penciptaan Lingkungan yang Memberi Kesempatan Siswa Beraktivitas
Aktivitas adalah kunci dari perbuatan belajar seseorang,
termasuk bagi siswa. Semakin tinggi seseorang melakukan aktifitas belajar akan
semakin baik bagi terjadinya perubahan perilaku, baik sebagai hasil langsung
dari perbuatan atau pengalaman belajarnya (Instructional
effect), maupun sebagai imbas atau dampak tidak langsung dari berbagai
aktivitas yang dijalaninya (Nuturant
effect).[5]
Jadi, apakah maksudnya bahwa penciptaan lingkungan belajar
bertujuan menciptakan lingkungan yang mampu memberikan kesempatan beraktifitas
pada siswa itu? Maksudnya adalah bahwa lingkungan belajar yang dibangun
tersebut harus mampu memberikan kesempatan beraktifitas dan berkreasi pada anak
secara leluarsa. Lingkungan belajar yang demikian memungkinkan anak dapat
melakukan berbagai kegiatan, seperti mengeksplorasi, bereksperimen, dan
mengamati. Segala kegiatan tersebut berkontribusi atau memberikan pengaruh
positif terhadap perkembangan.
C. Macam-Macam
Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar merupakan sarana dan prasarana yang bisa
menunjang materi yang didapat dari gurunya. Lingkunganbelajar tidak berpatok
pada lingkungan sekolah atau universitas akan tetapi lingkungan belajar bisa
berada di luar lingkungan sekolah. Dengan kata lain lingkungan belajar bisa
dibagi menjadi 2 macam:
1.
Lingkungan Belajar Indoor
Lingkungan belajar ini (indoor) lingkungan belajar yang
memang sudah disediakan oleh manajemen sekolahan agar digunakan untuk para
siswanya sebagai sumber belajar atau lingkungan belajar yang ada didalam
sekolahan tersebut. Lingkungan belajar ini bisa berupa perpustakaan,
laboratorium, auditorium dan utamanya adalah ruang kelas.
a.
Ruang
tempat belajar
Ruang tempat belajar atau bisa juga disebut dengan ruang
kelas sangat berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar. Ruang kelas bukan
merupakan sebuah wilayah yang sangat luas dan dalam ruang kelas antara siswa
dan guru terlibat dalam berbgai kegiatan dan menggunakan berbagai wilayah ruang
yang berbeda. Guru akan memfasilitasi kegiatan-kegiatan jika guru mengatur
ruang belajar untuk memungkinkan pergerakan yang teratur, mempertahankan
distraksi sesedikit mungkindan menggunakan ruan yang tersedia secara efisien.[6]
Adapun syarat-syarat kelas yang efisien diantaranya:
1) Bersih
dan rapi.
2) Ventilasi
dan pengaturan cahaya nya baik.
3) Perlengkapan
dan perabotan kelas masih dalam keadaan baik seperti: papan tulis dan
penghapusnya, meja dan kursi siswa, meja dan kursi guru, alat kebersihan(sapu,
pembersih kaca dan tempat sampah) hiasan dinding, absensi siswa, peraturan
kelas, jadwal piket kelas, gambar presiden dan wakilnya. jadwal pelajaran, jam
dinding dan hal-hal yang menarik lainnya.
4) Sirkulasi
udara cukup.
5) Jumlah
siswa tidak lebih dari 40 siswa.
6) Dan
dapat memberikan keluasan gerak dan komunikasi yang baik antara guru dan siswa.
b.
Ruang
laboratorium
Sekolahan yang efisien harus mempunyai laboratorium sebagai
ruang praktik. Dalam kaitannya dengan pengelolaan laboratorium, bahan-bahan
yang perlu disediakan sangat tergantung pada jenis laboratoriumnya,
diantaranya:
1) Laboratorium
IPA, khusunya fisika, bahan-bahan yang perlu disediakan biasanya berupa
bahan-bahan kimia seperti air raksa, air cuka dan timah. Untuk laboratorium
IPA, khususnya biologi, bahan-bahan yang perlu disediakan biasanya berupa
tumbuh-tumbuhan, kerangka manusia, dan berbagai macam pupuk tanaman.
2) Laboratorium
BAHASA biasanya bahan-bahan yang disediakan lebih berupa peralatan
laboratorium, seperti kaset dan tape recorder.
3) Laboratoriun
KOMPUTER perlu disediakan sejumlah perangkat komputer, yang meliputi layar
monitor, keyboard, stavolt, printer dan central processing unit. Selain
perangkat keras diatas, untuk penyelenggaraan laboratorium komputer perlu
disediakan sejumlah perangkat lunak seperti disket DOS-Utility, disket
pemrosesan kata (word processor)dalam bentuk disket wordstar, chiwriter, word perfect,
dan lain sebagainya.[7]
c.
Ruang
auditorium/ruang serbaguna
Ruang auditorium atau bisa juga disebut dengan ruang
serbaguna yang bisa juga berfungsi sebagai tempat diskusi atau tempat
pertunjukan, dan selayaknya ruang tersebut harus dilengkapi dengan:
1)
Panggung
pertunjukan
2)
Tempat
yang luas dan bersih
3)
Kamar
mandi laki-laki dan perempuan harus terpisah
4)
Dinding
harus dilapisi oleh peredam suara agar tidak bergema
5)
Tempat
ganti pakaian laki-laki dan perempuan harus terpisah
6)
OHP
atau LCD proyektor.
d.
Ruang
perpustakaan
Perpustakaan sekolah merupakan salah satu sarana pendidikan
dalam mengembangkan pengetahuan murid. Selain memerlukan gedung atau ruang,
penyelenggaraan perpustakaan juga memerlukan sejumlah bahan diantaranya:
pensil, pena, kartu peminjaman dan kartu buku. Sedangkan peralatan-peralatan
perpustakaan antara lain: komputer (opag), stempel peminjaman, jam dinding,
sapu, keranjang sampah, daftar kalsifikasi, dan lain sebagainya. Adapun dalam
perabot perpustakaan yang dibutuhkan antara lain: rak buku, rak surat kabar,
rak majalah, kabinet gambar, meja sirkulasi, lemari atau kabinet katalog,
kereta buku, dan papan display.
Pengadaan setiap perlengkapan harus mempertimbangkan hal-hal
seperti nilai efisiensi pengeluaran uang, efisiensi dalam pengaturannya,
mutunya baik, enak dipakai, dan menarik bagi pengelihatan.
2.
Lingkungan Belajar Outdoor
Lingkungan belajar
ini (outdoor) adalah kebalikan dari lingkungan belajar indoor yaitu lingkungan
atau sarana belajar yang berada diluar lingkungan sekolahan, dalam artian
lingkungan belajar ini diciptakan tidak un tuk proses belajar mengajar akan
tetapi bisa digunakan untuk proses belajar mengajar, seperti misalnya: museum,
masjid, monumen, dan lapangan. Prinsip umum pembelajaran outdoor:
a.
memenuhi
aturan keamanan
b.
melindungi
dan meningkatkan karakteristik alamiah anak
c.
desain
lingkungan ruang kelas harus didasarkan pada kebutuhan anak
d.
secara
estetis harus menyenangkan
1)
Museum
Museum adalah
tempat yang diciptakan oleh pemerintah untuk menyimpan barang-barang bersejarah
sehingga masyarakat luas dapat mengetahui sejarah-sejarah pada masa lampau,
oleh karena itu museum ini bisa digunakan oleh para siswa untuk menggali
pengetahuan tentang mata pelajaran sejarah dan juga bisa digunakan untuk
obsrvasi atau penelitian.
2)
Masjid
Masjid adalah
tempat yang digunakan oleh seluruh umat islam untuk menyembah kepada tuhannya
dan di masjid bisa dilakukan proses pembelajaran tidak langsung seperti khutbah
jum’at. Masjid juga bisa dibuat untuk praktik sholat jenazah, praktek wudhu dan
lain sebagainya.
3)
Monumen
Monumen dan museum
merupakan tempat yang bersejarah akan tetapi keduanya berbeda. Monumen
merupakan tempat yang memang ada pada zaman dulu dengan kata lain tempat
tersebut tidak dibuat atau diciptakan oleh tangan manusia, namun tempat itu ada
sebagai bukti sebuah kejadian atau sejarah bukan untuk menyimpan barang-barang
bersejarah.
4)
Lapangan
Lapangan identik
dengan lahan yang luas tanpa adanya bangunan apapun. Di setiap sekolah harusnya
memiliki lapangan karena lapangan juga bisa digunakan sebagai sumber belajar
seperti dalam pelajaran olahraga, upacara dan kegiatan ekstrakulikuler.
D. Hal-hal
yang Perlu Diperhatikan dalam Pengelolaan Lingkungan Belajar
1. Memahami
sifat yang dimiliki siswa
Pada dasarnya anak
memiliki imajinasi dan sifat ingin tahu. Semua anak terlahir dengan membawa dua
potensi ini. Keduanya merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap atau
pikiran kritis dan kreatif. Oleh karenanya, kegiatan pembelajaran perlu
dijadikan lahan yang kita olah agar menjadi tempat yang subur bagi perkembangan
kedua potensi anugerah Tuhan itu. Suasana pembelajaran yang diiringi dengan
pujian guru terhadap hasil karya siswa, yang disertai pertanyaan guru yang
menantang dan dorongan agar siswa melakukan percobaan, misalnya, merupakan
pembelajaran yang baik untuk mengembangkan potensi siswa.
2. Memahami
perkembangan kecerdasan siswa
Jean Piaget, menjelaskan
tentang perkembangan kecerdasan akal atau perkembangan kognitif manusia
berlangsung dalam empat tahap, yakni:
a. Sensory-motor
( Sensori-motor / 0-2 tahun )
b. Pre-operational
( Pra-operasional / 2 -7 tahun )
c. Concrete-operational
( Konkret-operasional / 7 – 11 tahun)
d. Formal-operational
(Formal- operasional / 11 tahun ke atas).
Selama kurun waktu
pendidikan dasar dan menengah, siswa mengalami tahap Concrete-operational dan
Formal-operational.
Dalam periode
konkret-operasional yang berlangsung hingga usia menjelang remaja, anak
memeroleh tambahan kemampuan yang disebut system of operations (satuan langkah
berpikir). Kemampuan satuan langkah berpikir ini berfaedah bagi anak untuk
mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam
sistem pemikirannya sendiri.
Selanjutnya, dalam
perkembangan kognitif tahap Formal-operational seorang remaja telah memiliki
kemampuan mengkoordinasikan baik secara serentak maupun berurutan dua ragam
kemampuan kognitif, yakni:
1) Kapasitas
menggunakan hipotesis
2) Kapasitas
menggunakan prinsip-prinsip abstrak.
Dengan kapasitas
menggunakan hipotesis (anggapan dasar), seorang remaja akan mampu berpikir
hipotetis, yakni berpikir mengenai sesuatu khususnya dalam hal pemecahan
masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan yang
ia respons. Selanjutnya, dengan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak,
remaja tersebut akan mampu mempelajari materi-materi pelajaran yang abstrak,
misalnya ilmu tauhid, ilmu matematika dan ilmu-ilmu abstrak lainnya dengan luas
dan mendalam.
3. Mengenal
siswa secara perorangan
Para siswa berasal
dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda.
Dalam PAIKEM perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tecermin dalam
kegiatan pembelajaran. Semua siswa dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan
yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Siswa yang
memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah
dengan cara ”tutor sebaya”. Dengan mengenal kemampuan siswa, apabila ia
mendapat kesulitan kita dapat membantunya sehingga belajar siswa tersebut
menjadi optimal.
4. Memanfaatkan
perilaku siswa dalam pengorganisasian belajar
Sebagai makhluk
sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok
dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar.
Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, siswa dapat bekerja berpasangan
atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, siswa akan menyelesaikan tugas
dengan baik apabila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan
mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, siswa perlu
juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang.
5. Mengembangkan
kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah
Pada dasarnya
belajar yang baik adalah memecahkan masalah karena dalam belajar sesungguhnya
kita menghadapkan siswa pada masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir
kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah dan kreatif untuk
melahirkan alternatif pemecahan masalah. Berpikir kritis dan kreatif berasal
dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak
lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan
sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan terbuka dan memungkinkan
siswa berpikir mencari alasan dan membuat analisis yang kritis. Pertanyaan
dengan kata-kata ”Mengapa?”, ”Bagaimana kalau...” dan “Apa yang terjadi jika…”
lebih baik daripada pertanyaan dengan kata-kata yang hanya berbunyi “Apa?”, ”Di
mana?”,”Berapa?”,”Kapan?”, yang umumnya tertutup ( jawaban betul hanya satu ).
6. Mengembangkan
ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
Ruang kelas yang
menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAIKEM. Hasil pekerjaan
siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas. Selain itu, hasil
pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik
dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Materi yang dipajangkan dapat berupa
hasil kerja perorangan, pasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar,
kaligrafi, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya.
Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan
baik, dapat membantu guru dalam kegiatan pembelajaran karena dapat dijadikan
rujukan ketika membahas sebuah masalah.
7. Memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar
Lingkungan (fisik,
sosial, dan budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar
siswa. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar dan objek kajian (sumber
belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat siswa
merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu
harus di luar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk
menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah
keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan
pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar
atau diagram.
8. Memberikan
umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
Mutu hasil belajar
akan meningkat apabila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik
(feedback) dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara
guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih banyak mengungkapkan kekuatan
daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus
secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam
menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa
hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru
berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa
daripada hanya sekedar angka.
Untuk mendapatkan
umpan balik dari anak didik diperlukan beberapa teknik yang sesuai dan tepat
dengan diri setiap anak didik sebagai makhluk individual. Beberapa teknik untuk
mendapatkan umpan balik dari anak didik antara lain :
a. Memancing
aspirasi anak didik
b. Memanfaatkan
teknik alat bantu yang akseptabel
c. Memilih
bentuk motivasi yang akurat (misalnya: memberi angka, hadiah, pujian, memberi
tugas, hukuman, dll.)
d.
Menggunakan
metode yang bervariasi.
9. Membedakan
antara aktif fisik dengan aktif mental
Banyak guru yang
cepat merasa puas saat menyaksikan para siswa sibuk bekerja dan bergerak,
apalagi jika bangku diatur berkelompok dan para siswa duduk berhadapan. Situasi
yang mencerminkan aktifitas fisik seperti ini bukan ciri berlangsungnya PAIKEM
yang sebenarnya, karena aktif secara mental (mentally active) lebih berarti
daripada aktif secara fisik (phisically active). Sering bertanya,
mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan
tanda-tanda aktif secara mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah
tumbuhnya perasaan tidak takut, seperti: takut ditertawakan, takut disepelekan,
dan takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan
penyebab rasa takut tersebut, baik yang muncul dari temannya maupun dari guru
itu sendiri. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan prinsip
PAIKEM.
10. Pengelolaan
Kelas
Masalah pokok
yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah
pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas merupakan maslah tingkah laku yang
kompleks dan guru menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi
kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mencapai tujuan pengajaran
secara efisien dan memungkinkan mereka dapat belajar. Dengan demikian
pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi pengajaran yang sfektif.
Suatu kondisi
belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur anak didik dan
sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk
mencapai tujuan pengajararan. Juga hubungan interpersonal yang baik antara guru
dan anak didik dan anak didik dengan anak didik, merupakan syarat keberhasilan
pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak
bagi terjadinya proses belajar mengajar.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Pengelolaan
berasal dari kata kelola yang mendapat imbuhan pe dan akhiran an yang mempunyai
arti ketatalaksanaan, tata pimpinan, atau bisa disebut juga memenejemen.
2. Pada
proses belajar mengajar pengelolaan lingkungan belajar mempunyai tujuan secara
umum yaitu menyediakan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan siswa dalam
lingkungan sosial, emosional dan intelektual dikelas. Fasilitas yang disediakan
itu memungkinkan siswa untuk belajar dan bekerja dan mengembangkan sikap
apresiasi pada siswa.
3. Lingkungan
belajar merupakan sarana dan prasarana yang bisa menunjang materi yang didapat
dari gurunya. Lingkungan belajar tidak berpatok pada lingkungan sekolah atau
universitas akan tetapi lingkungan belajar bisa berada di luar lingkungan
sekolah. Lingkungan belajar dapat dibagi dua yaitu lingkungan belajar indoor
dan lingkungan belajar outdoor. Lingkungan belajar indoor adalah lingkungan
belajar yang sudah disediakan oleh manajemen sekolahan agar digunakan untuk
para siswanya sebagai sumber belajar atau lingkungan belajar yang ada didalam
sekolahan tersebut. Lingkungan belajar ini bisa berupa perpustakaan,
laboratorium, auditorium dan utamanya adalah ruang kelas. Sedangkan lingkungan
belajar outdoor yaitu lingkungan atau
sarana belajar yang berada diluar lingkungan sekolahan, dalam artian lingkungan
belajar ini diciptakan tidak untuk proses belajar mengajar akan tetapi bisa
digunakan untuk proses belajar mengajar, seperti misalnya: museum, masjid,
monumen, dan lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Bahri Djahmarah. Saiful dan Aswan
Zain. 2010. Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Mariyana. Rita. 2010. Pengelolaan
Lingkungan Belajar. Jakarta:
Kencana.
Nugraha. Ali. 2010. Pengelolaan
Lingkungan Belajar. Jakarta: Kencana.
Carolyn M. Evertson dan Edmund T.
Emmer. 2011. Manajemen Kelas Untuk Guru
Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.
Bafadal. Ibrahim. Manajemen
Perlengkapan Sekolah. 2004. Jakarta: Bumi Aksara.
[1] Saiful Bahri Djahmarah dan
Aswan Zain. Startegi belajar mengajar.
(Jakarta: Rineka Cipta, 2010) hal. 175
[2] Rita Mariyana. Pengelolaan
Lingkungan Belajar. (Jakarta:
Kencana. 2010). Hal.18
[3] Rita Mariyana. Pengelolaan
Lingkungan Belajar. ( Jakarta: Kencana. 2010). Hal.19
[4] Ali Nugraha. Pengelolaan
Lingkungan Belajar. (Jakarta: Kencana.2010). Hal.21
[5] Ali Nugraha. Pengelolaan
Lingkungan Belajar. (Jakarta: Kencana.2010). Hal.22
[6] Carolyn M. Evertson dan
Edmund T. Emmer. Manajemen Kelas Untuk Guru
Sekolah Dasar (Jakarta: Kencana, 2011). hal. 4
[7] Ibrahim Bafadal, Manajemen
Perlengkapan Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal 24
No comments:
Post a Comment