FILSAFAT DAN ILMU
LOGIKA
(Sarana Berfikir
Ilmiah (Bahasa, Matematika, Statistika dan Logika))
Tugas ini dibuat
untuk memenuhi tugas mata kuliah: Filsafat dan Ilmu Logika
Dosen Pembimbing: Ari
Susanto, M.Pd.I,
Disusun Oleh:
Indra Masti
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
MADINATUN NAJAH
RENGAT
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kita panjatkan atas kehadiran Allah Yang Maha Esa karena atas kuasa-Nya semata
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.dan tepat pada waktunya
sebagai tugas mata kuliah Filsafat dan Ilmu Logika yang di berikan oleh bapak
Ari Susanto, M.Pd.I dengan judul makalah “Sarana Berfikir Ilmiah”.
Tujuan disusun
nya makalah ini selain sebagai tugas kelompok adalah agar para mahasiswa atau
pembaca dapat mengetahui bagaimana cara-cara berfikir secara ilmiah dan sarana
berfikir ilmiah.
kami menyadari
bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini, apabila ada
saran dan kritik dari semua pihak sangat kami perlukan untuk perbaikan ke arah
yang lebih baik.
Rengat, 2 April 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang berpikir. Hal ini pernah
diutarakan oleh seniman handal, Auguste Rodin lewat karya pahatan yang
menjelaskan hakikat manusia yang sesungguhnya, patung seorang manusia yang
sedang berpikir. Proses berpikir manusia inilah yang memunculkan berbagai ilmu
pengetahuan. Dengan dobrakan-dobrakan pemikiran dan ide manusia mampu
mengembangkan ilmu pengetahuan yang didasari dengan pemikiran yang mendalam dan
menyeluruh. Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan diperlukan metode ilmiah yang
langkah dan kegiatannya didasarkan pada prinsip-prinsip keilmuan.
Sarana ilmiah berperan sebagai alat bantu yang mengorganisasikan metode
ilmiah menjadi sebuah pengetahuan yang lebih sempurna. Tentu saja berpikir
berdasarkan keilmuan amat sangat berbeda dengan proses berpikir pada umumnya.
Disnilah para filsafat menuangkan segala bentuk pemikirannya dengan menggunakan
metode dan kegiatan yang bersifat ilmiah. Kegiatan dan metode yang tidak
didasarkan pada pemikiran-pemikiran khayal namun logis dan empiris. Semua
dibuktikan secara ilmiah dan dapat dipertanggung jawabkan.
Filsuf-filsuf mendalami apa yang mereka kembangkan dengan menggunakan
langkah-langkah ilmiah yang didalamnya juga dibutuhkan sarana untuk membantu
lancarnya kegiatan ilmiah tersebut. Maka disinilah peran sarana ilmiah amat
sangat berarti.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian dari berfikir Ilmiah?
2. Seperti
apa sarana dalam berfikir Ilmiah?
3. Dan
apa saja komponen yang menjadi sarana dalam befikir Ilmiah?
4. Seperti
apa hubungan antara sarana berpikir ilmiah Bahasa, Matematika, Statistika dan
Logika?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian dari berfikir Ilmiah.
2. Untuk
mengetahui seperti apa sarana dalam berfikir Ilmiah.
3. Untuk
mengetahui apa saja komponen yang menjadi sarana dalam befikir Ilmiah.
4. Dan untuk mengetahui hubungan antara sarana
berpikir ilmiah Bahasa, Matematika, Statistika dan Logika
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Berfikir Ilmiah
Berfikir ilmiah adalah prosedur,
cara dan tekhnik memperoleh pengetahuan, serta untuk membuktikan benar salahnya
suatu hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya. Metode ilmiah ini adalah
sebuah prosedur yang digunakan para ilmuan dalam pencarian kebenaran baru.
Dilakukannya dengan cara kerja sistematis terhadap pengetahuan baru, dan
melakukan peninjauan kembali kepada pengetahuan yang telah ada.
Tujuan dari penggunaan metode
ilmiah ini yaitu agar ilmu berkembang dan tetap eksis dan mampu menjawab
berbagai tantangan yang dihadapi. Kebenaran dan kecocokan kajian ilmiah, akan
terbatas pada ruang, waktu, tempat dan kondisi tertentu.
Metode ilmiah dipengaruhi oleh
unsur alam yang berubah dan bergerak secara dinamik dan teratur. Kondisi alam
yang diduga para filosof karena adanya asas tunggal dari alam (natural law).
Filosof yakin, bahwa natural law telah menjadi salah satu sebab adanya
ketertiban alam. Ketertiban akan diangkat dan harus diletakkan sebagai objek
ukuran dalam menentukan kebenaran. Corak-corak metodis yang sandarannya pada
kondisi alam, yang dinamik dan teratur, harus diakui telah meneyebabkan
lahirnya ilmu pengetahuan dengan sifat dan kecendrungan yang positivistic.
Ilmu selalu berkembang dalam ukuran-ukuran yang konkrit dengan model dan
pendekatan serta eksperimen dan observasi.
Dalam perkembangan selanjutnya
model dan cara berfikir demikian telah memperoleh gugatan. Karena, tidak semua
ilmu dapat didekati dengan model yang sama. Dengan ditemukannya metode berfikir
ilmiah, secara langsung telah menyebabkan terdinya kemajuan dalam ilmu
pengetahuan. Manusia bukan saja hidup dalam ritmis modernisasi yang serba mudah
dan menjanjkan. Lebih dari itu semua, manusia dapat menggapai sesuatu yang
sebelumnya seolah tidak mungkin. Manusia tidak lagi berpangku tangan, terhadap
apa yang menjadi kehendak alam.
B. Sarana dalam berfikir Ilmiah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sarana berarti segala sesuatu yang
dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan. Berfikir artinya
menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu.[1]
Berpikir juga dapat dikatakan suatu hal yang alamiah (fitrah atau natural) bagi
setiap manusia yang sehat atau tidak gila dikarenakan adanya unsur-unsur
ciptaan yang telah diciptakan oleh Allah SWT. Dalam proses berpikir sejatinya
melibatkan unsur-unsur, yakni:
1. Otak
yang sehat.
2. Panca
Indera.
3. Informasi
atau pengetahuan sebelumnya, dan
4. Fakta.
Dari empat unsur di atas dapat kita rangkai sebuah definisi sebagai
berikut: “pemindahan pengindraan terhadap fakta melalui pancaindra ke dalam
otak yang disertai dengan informasi terdahulu yang digunakan untuk menafsirkan
fakta tersebut”[2].
Menurut Plato, Aristoteles,
berpikir adalah bicara dengan dirinya sendiri di dalam batin untuk
mempertimbangkan, merenungkan, menganalisa, membuktikan sesuatu, menunjukkan
alasan-alasan, menarik kesimpulan, meneliti suatu jalan pikiran, mencari
berbagai hal yang berhubungan satu sama lain, mengapa atau untuk apa sesuatu
terjadi, serta membahas suatu realitas. Ilmiah artinya keilmuan, bersifat ilmu,
secara ilmu pengetahuan.
Pemikiran keilmuan bukanlah suatu
pemikiran yang biasa. Pemikiran keilmuan adalah pemikiran yang sungguh-sungguh.
Artinya, suatu cara berpikir yang berdisiplin, di mana seseorang yang berpikir
sungguh-sungguh takkan membiarkan ide dan konsep yang sedang dipikirkannya
berkelana tanpa arah, namun kesemuanya itu akan diarahkannya pada suatu tujuan
tertentu. Tujuan tertentu itu, dalam hal ini, adalah pengetahuan. Berpikir
keilmuan atau berpikir sungguh-sungguh adalah cara berpikir yang di disiplinkan
dan diarahkan kepada pengetahuan.[3]
Jadi sarana berpikir ilmiah dapat
didefinisikan segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam berpikir secara
sungguh-sungguh yang diarahkan kepada pengetahuan. Dan pada hakikatnya sarana
berpikir ilmiah terdiri dari empat bagian, yaitu bahasa, matematika, statistik
dan logika. Dan kali ini kita akan membahasnya satu persatu secara mendalam.
1.
Peran
Bahasa sebagai Sarana berpikir ilmiah
Bahasa ilmiah berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan
jalan pikiran seluruh proses berpikir ilmiah. Yang dimaksud bahasa disini ialah
bahasa ilmiah yang merupakan sarana komunikasi
ilmiah yang ditujukan untuk menyampaikan informasi yang berupa
pengetahuan dengan syarat bebas dari unsur emotif, reproduktif,
obyektif, eksplisit.
Bahasa pada
hakikatnya mempunyai dua fungsi utama
yakni,
a. Sebagai
sarana komunikasi antar manusia.
b. Sebagai
sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang mempergunakan bahasa
tersebut.
Bahasa adalah unsur yang berpadu dengan unsur-unsur lain di dalam
jaringan kebudayaan. Pada waktu yang sama bahasa merupakan sarana pengungkapan
nilai-nilai budaya, pikiran, dan nilai-nilai kehidupan kemasyarakatan. Oleh
karena itu, kebijaksanaan nasional yang tegas di dalam bidang kebahasaan harus
merupakan bagian yang integral dari
kebijaksanaan nasional yang tegas di dalam bidang kebudayaan. Ada dua
pengolongan bahasa yang umumnya dibedakan yaitu :
a. Bahasa
alamiah yaitu bahasa sehari-hari yang digunakan untuk menyatakan sesuatu, yang
tumbuh atas pengaruh alam sekelilingnya. Bahasa alamiah dibagi menjadi dua yaitu:
bahasa isyarat dan bahasa biasa.
b. Bahasa
buatan adalah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan akar pikiran untuk maksud tertentu. Bahasa buatan
dibedakan menjadi dua bagian yaitu: bahasa istilah dan bahasa antifisial atau
bahasa simbolik. Bahasa buatan inilah yang dikenal dengan bahasa ilmiah.
Dalam sarana ilmiah, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu
pertama, sarana ilmiah itu merupakan ilmu dalam pengertian bahwa ia merupakan
kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah. Kedua, tujuan
mempelajari secara ilmiah adalah agar dapat melakukan penelaahan ilmiah secara
baik. Sarana ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang pengetahuan untuk
mengembangkan materi pengetahuan berdasarkan metode ilmiah.
Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan dalam proses
berpikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi
untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Ketika bahasa
disifatkan dengan ilmiah, fungsinya untuk komunikasi disifatkan dengan ilmiah
juga, yakni komunikasi ilmiah. Komunikasi ini merupakan proses penyampaian
informasi berupa pengetahuan.
2.
Peran
Matematika sebagai Sarana berpikir ilmiah
Matematika digunakan oleh seluruh kehidupan manusia. Baik matematika
yang sangat sederhana maupun yang sangat rumit. Fungsi matematika sama luasnya
dengan fungsi bahasa yang berhubungan dengan pengetahuan dan ilmu pengetahuan
karena ilmu-ilmu pengetahuan semuanya mempergunakan matematika. Matematika
digunakan sebagai salah satu sarana kegiatan ilmiah, yaitu meliputi sarana
berpikir ilmiah, matematika sebagai bahasa, dan sebagai berpikir deduktif.
a. Matematika
sebagai Bahasa
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari
serangkaian pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika
bersifat “artifisial” artinya setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa
itu matematika merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati. Matematika adalah
bahasa yang berusaha untuk menghilangkan sifat majemuk dan emosional dari
bahasa verbal. Matematika mempunyai sifat yang jelas, spesifik, dan informative
dengan tidak menimbulkan konotasi yang tidak bersifat emosional. Matematika
mempunyai kelebihan lain dibandingkan dengan bahasa numeric yang memungkinkan
kita untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif. Sedangkan bahasa verbal
hanya mampu mengatakan pernyataan yang bersifat kualitatif.
b. Matematika
sebagai sarana berpikir deduktif
Matematika merupakan ilmu deduktif. Nama ilmu deduktif diperoleh karena
penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi tidak didasari atas pengalaman
melainkan didasarkan atas deduksi-deduksi (penjabaran-penjabaran). Matematika
lebih mementingkan bentuk logisnya. Pernyataan-pernyataan mempunyai sifat yang
jelas. Pola berpikir deduktif banyak digunakan baik dalam bidang lain yang
merupakan proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan kepada premis-premis
yang kebenarannya telah ditentukan. Dalam semua pemikiran deduktif maka
kesimpulan yang ditarik merupakan konsekuensi logis dari fakta-fakta yang
mendasarinya. Kesimpulan yang ditarik tak usah diragukan lagi. Dalam peranan deduktif,
bentuk penyimpulan yang banyak digunakan adalah system silogisme, dan silogisme
Ini disebut juga sebagai perwujudan pemikiran deduktif yang sempurna.
Begitu pentingnya matematika sehingga bahasa matematika merupakan
bagian dari bahasa yang digunakan dalam masyarakat. Hal tersebut menunjukkan
pentingnya peran dan fungsi matematika, terutama sebagai sarana untuk
memecahkan masalah baik pada matematika maupun dalam bidang.
3.
Peran
Statistik sebagai Sarana berpikir ilmiah
Peluang merupakan dasar dari teori statistika. Konsep statistika sering
dikaitkan dengan distribusi variable yang ditelaah dalam suatu populasi
tertentu. Statistika sering digunakan dalam penelitian ilmiah.
Ilmu dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang telah teruji
kebenarannya. Suatu pernyataan ilmiah adalah bersifat faktual, dan
konsekuensinya dapat diuji dengan baik dengan jalan menggunakan pancaindra,
maupun dengan mempergunakan alat-alat yang membantu pancaindra tersebut.
Pengujian mengharuskan peneliti untuk menarik kesimpulan yang berisfat umum
dari kasus yang bersifat individual. Penarikan kesimpulan ini berdasarkan
logika induktif.
Di pihak lain penyusunan hipotesis merupakan penarikan kesimpulan yang
bersifat khas dari pernyataan yang bersifat umum dengan menggunakan deduksi.
Jadi ada dua penarikan kesimpulan yaitu deduksi dan induksi. Logika deduktif
berpaling pada matematika dan logika induktif berpaling pada statistika.
Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari
kesimpulan yang ditarik tersebut, makin besar contoh atau sampel yang diambil
maka makin tinggi tingkat ketelitian kesimpulan tersebut. Statistika juga
memberikan kemampuan untuk mengetahui suatu hubungan kausalitas antara dua atau
lebih faktor yang bersifat kebetulan atau memang benar-benar terkait dalam
hubungan yang bersifat empiris.
Statistika merupakan sarana berpikir ilmiah yang diperlukan untuk
memproses pengetahuan secara ilmiah. Statistika membantu melakukan proses
generalisasi dan menyimpulkan karakterisrtik suatu kejadian secara lebih pasti
dan bukan terjadi secara kebetulan.
4.
Peran
Logika sebagai Sarana berpikir ilmiah
Logika berasal dari kata Yunani kuno (logos) yang berarti hasil
pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam
bahasa. Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica
scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk
berpikir secara lurus, tepat, dan teratur.[4]
Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan di mana objek materialnya adalah berpikir
(khususnya penalaran/proses penalaran) dan objek formal logika adalah berpikir
penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya.
Logika didefinisikan sebagai: pengkajian untuk berpikir secara sahih.
Logika dipakai untuk menarik kesimpulan suatu proses berpikir berdasar cara
tertentu, yang mana proses berpikir di sini merupakan suatu penalaran untuk menghasilkan
suatu pengetahuan.
Logika adalah ilmu dan kecakapan menalar, berpikir dengan tepat (The
science and art of correct thinking). Logika berpikir adalah berpikir lurus
atau dikatakan menalar yaitu proses berpikir di mana kita menggunakan
rasionalisme kita dalam menghasilkan pikiran menalar tersebut. Seseorang yang
mempunyai logika berpikir yang tinggi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Berpikir
kritis
b. Rasionalisme
tinggi
c. Dapat
diterima oleh akal sehat
d. Justifikasi
dan falsifikasi
e. Induksi
dan deduksi
Logika dipilahkan dalam logika alamiah dan logika ilmiah. Logika
alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus
sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan
yang subjektif. Sedangkan logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta
akal budi. Logika ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan asas-asas yang
harus ditepati dalam setiap penalaran. Adapun kegunaan logika adalah:
a. Membantu
setiap orang yang mempelajari pola pikir secara rasional, kritis, lurus,
tertib, metodis, dan koheren.
b. Meningkatkan
berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif;
c. Menambah
kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.
d. Menyadarkan
dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas
penalaran secara sistematis.
e. Meningkatkan
cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpikir, kekeliruan
serta kesesatan. dan
f. Mampu
melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
C. Hubungan antara sarana berpikir ilmiah
Bahasa, Matematika, Statistika dan Logika
Sarana berpikir ilmiah meliputi bahasa, matematika, statistika, dan
logika. Keempat sarana tersebut merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi
dalam berpikir ilmiah. Dengan bahasa ide-ide bisa disampaikan secara jelas karena
merupakan alat komunikasi yang efisien. Matematika yang berupa angka-angka dan
simbol yang pasti, mengandung kebenaran yang obyektif. Statistika berguna dalam
tahap-tahap kegiatan keilmuan mulai dari observasi, hipotesis, ramalan sampai
pada pengujian kebenaran. Dan Logika merupakan ilmu kecakapan menalar. Sehingga
dapat berpikir secara abstrak, cermat, dan obyektif dengan menggunakan
asas-asas penalaran secara sistematis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berfikir
merupakan ciri utama bagi manusia. Berfikir disebut juga sebagai proses
bekerjanya akal. Secara garis besar berfikir dapat dibedakan antara berfikir
alamiah dan berfikir ilmiah. Berfikir alamiah adalah pola penalaran yang
berdasarkan kehidupan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya. Berfikir
ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan
cermat.
2. Bagi
seorang ilmuan penguasaan sarana berfikir ilmiah merupakan suatu keharusan,
karena tanpa adanya penguasaan sarana ilmiah, maka tidak akan dapat
melaksanakan kegiatan ilmiah dengan baik. Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan
alat untuk membantu kegiatan ilmiah dengan berbagai langkah yang harus
ditempuh.
3. Sarana
berfikir ilmiah pada dasarnya ada tiga, yaitu : Bahasa ilmiah, Logika dan
Matematika, Logika dan Statistika. Bahasa ilmiah berfungsi sebagai alat
komunikasi untuk menyampaikan jalan fikiran seluruh proses berfikir ilmiah.
Logika dan matematika mempunyai peranan penting dalam berfikir deduktif
sehingga mudah mempunyai peranan penting dalam berfikir induktif dan mencari
konsep-konsep yang berlaku umum. Namun dizaman sekarang komputer jaga bisa
dimasukan sebagai sarana berfikir ilmiah, karena dalam komputer semua ada, dan
apa yang kita inginkan hmapir seluruhnya dapat dijawab oleh komputer.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini kita dapat mengetahui paling
tidak sedikit tentang apa dan bagaimana berpikir ilmiah. Akan tetapi, karena
setiap manusia memiliki keterbatasan dan kekurangan maka penyusun mengharapkan
kritik dan saran dari dosen pembimbing mata kuliah ini serta dari teman-teman
seperjuangan juga. Sebab jalan menuju kesempurnaan adalah dengan saling
mengisi.
DAFTAR
PUSTAKA
Suharso dan Ana
Retnoningsih, 2009, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Semarang: CV. Widya Karya.
S. Suriasumantri,
Jujun, 2012, Ilmu dalam Perspektif,
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Adib, Mohammad, 2010, Filsafat
Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi dan Logika Ilmu Pengetahuan,Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
[1]
Drs. Suharso dan Dra. Ana Retnoningsih, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: CV. Widya Karya, 2009), hlm.454.
[2]
Drs. H. Mohammad Adib, MA., Filsafat
Ilmu Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan,
Edisi ke-3 (Revisi), Cetakan I Maret 2015, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015),
Hlm.145.
[3] Jujun S. Suriasumantri, Ilmu dalam Perspektif, (Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2012), Hlm. 68-69.
[4]
Drs. H.Mohammad Adib, MA. Filsafat Ilmu : ontologi, Epistemologi, Aksi0ologi
dan Logika Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), Hlm.
160.
No comments:
Post a Comment