Sarana Berfikir Ilmiah (Bahasa, Matematikan, Statistika dan Logika) - FILSAFAT DAN ILMU LOGIKA - InMasti.blogspot.com

Blog Termantul

Breaking

Home Top Ad

Responsive Ads Here

Friday, October 12, 2018

Sarana Berfikir Ilmiah (Bahasa, Matematikan, Statistika dan Logika) - FILSAFAT DAN ILMU LOGIKA

FILSAFAT DAN ILMU LOGIKA
(Sarana Berfikir Ilmiah (Bahasa, Matematika, Statistika dan Logika))

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah: Filsafat dan Ilmu Logika
Dosen Pembimbing: Ari Susanto, M.Pd.I,






  




Disusun Oleh:
Indra Masti



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
MADINATUN NAJAH
RENGAT
2018









KATA PENGANTAR


Puji syukur kita panjatkan atas kehadiran Allah Yang Maha Esa karena atas kuasa-Nya semata kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.dan tepat pada waktunya sebagai tugas mata kuliah Filsafat dan Ilmu Logika yang di berikan oleh bapak Ari Susanto, M.Pd.I dengan judul makalah “Sarana Berfikir Ilmiah”.
Tujuan disusun nya makalah ini selain sebagai tugas kelompok adalah agar para mahasiswa atau pembaca dapat mengetahui bagaimana cara-cara berfikir secara ilmiah dan sarana berfikir ilmiah.
kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini, apabila ada saran dan kritik dari semua pihak sangat kami perlukan untuk perbaikan ke arah yang lebih baik.


Rengat, 2 April 2018
Penyusun        







DAFTAR ISI



 



BAB I

PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang berpikir. Hal ini pernah diutarakan oleh seniman handal, Auguste Rodin lewat karya pahatan yang menjelaskan hakikat manusia yang sesungguhnya, patung seorang manusia yang sedang berpikir. Proses berpikir manusia inilah yang memunculkan berbagai ilmu pengetahuan. Dengan dobrakan-dobrakan pemikiran dan ide manusia mampu mengembangkan ilmu pengetahuan yang didasari dengan pemikiran yang mendalam dan menyeluruh. Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan diperlukan metode ilmiah yang langkah dan kegiatannya didasarkan pada prinsip-prinsip keilmuan.
Sarana ilmiah berperan sebagai alat bantu yang mengorganisasikan metode ilmiah menjadi sebuah pengetahuan yang lebih sempurna. Tentu saja berpikir berdasarkan keilmuan amat sangat berbeda dengan proses berpikir pada umumnya. Disnilah para filsafat menuangkan segala bentuk pemikirannya dengan menggunakan metode dan kegiatan yang bersifat ilmiah. Kegiatan dan metode yang tidak didasarkan pada pemikiran-pemikiran khayal namun logis dan empiris. Semua dibuktikan secara ilmiah dan dapat dipertanggung jawabkan.
Filsuf-filsuf mendalami apa yang mereka kembangkan dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang didalamnya juga dibutuhkan sarana untuk membantu lancarnya kegiatan ilmiah tersebut. Maka disinilah peran sarana ilmiah amat sangat berarti.

B.       Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari berfikir Ilmiah?
2.      Seperti apa sarana dalam berfikir Ilmiah?
3.      Dan apa saja komponen yang menjadi sarana dalam befikir Ilmiah?
4.  Seperti apa hubungan antara sarana berpikir ilmiah Bahasa, Matematika, Statistika dan Logika?

C.      Tujuan
            1.    Untuk mengetahui pengertian dari berfikir Ilmiah.
            2.    Untuk mengetahui seperti apa sarana dalam berfikir Ilmiah.
            3.    Untuk mengetahui apa saja komponen yang menjadi sarana dalam befikir Ilmiah.
             4.   Dan untuk mengetahui hubungan antara sarana berpikir ilmiah Bahasa, Matematika, Statistika dan Logika



BAB II

PEMBAHASAN


A.      Pengertian Berfikir Ilmiah
Berfikir ilmiah adalah prosedur, cara dan tekhnik memperoleh pengetahuan, serta untuk membuktikan benar salahnya suatu hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya. Metode ilmiah ini adalah sebuah prosedur yang digunakan para ilmuan dalam pencarian kebenaran baru. Dilakukannya dengan cara kerja sistematis terhadap pengetahuan baru, dan melakukan peninjauan kembali kepada pengetahuan yang telah ada.
Tujuan dari penggunaan metode ilmiah ini yaitu agar ilmu berkembang dan tetap eksis dan mampu menjawab berbagai tantangan yang dihadapi. Kebenaran dan kecocokan kajian ilmiah, akan terbatas pada ruang, waktu, tempat dan kondisi tertentu.
Metode ilmiah dipengaruhi oleh unsur alam yang berubah dan bergerak secara dinamik dan teratur. Kondisi alam yang diduga para filosof karena adanya asas tunggal dari alam (natural law). Filosof yakin, bahwa natural law telah menjadi salah satu sebab adanya ketertiban alam. Ketertiban akan diangkat dan harus diletakkan sebagai objek ukuran dalam menentukan kebenaran. Corak-corak metodis yang sandarannya pada kondisi alam, yang dinamik dan teratur, harus diakui telah meneyebabkan lahirnya ilmu pengetahuan dengan sifat dan kecendrungan yang positivistic. Ilmu selalu berkembang dalam ukuran-ukuran yang konkrit dengan model dan pendekatan serta eksperimen dan observasi.
Dalam perkembangan selanjutnya model dan cara berfikir demikian telah memperoleh gugatan. Karena, tidak semua ilmu dapat didekati dengan model yang sama. Dengan ditemukannya metode berfikir ilmiah, secara langsung telah menyebabkan terdinya kemajuan dalam ilmu pengetahuan. Manusia bukan saja hidup dalam ritmis modernisasi yang serba mudah dan menjanjkan. Lebih dari itu semua, manusia dapat menggapai sesuatu yang sebelumnya seolah tidak mungkin. Manusia tidak lagi berpangku tangan, terhadap apa yang menjadi kehendak alam.

B.       Sarana dalam berfikir Ilmiah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sarana berarti segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan. Berfikir artinya menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu.[1] Berpikir juga dapat dikatakan suatu hal yang alamiah (fitrah atau natural) bagi setiap manusia yang sehat atau tidak gila dikarenakan adanya unsur-unsur ciptaan yang telah diciptakan oleh Allah SWT. Dalam proses berpikir sejatinya melibatkan unsur-unsur, yakni:
1.   Otak yang sehat.
2.   Panca Indera.
3.   Informasi atau pengetahuan sebelumnya, dan
4.   Fakta.
Dari empat unsur di atas dapat kita rangkai sebuah definisi sebagai berikut: “pemindahan pengindraan terhadap fakta melalui pancaindra ke dalam otak yang disertai dengan informasi terdahulu yang digunakan untuk menafsirkan fakta tersebut”[2].
Menurut Plato, Aristoteles, berpikir adalah bicara dengan dirinya sendiri di dalam batin untuk mempertimbangkan, merenungkan, menganalisa, membuktikan sesuatu, menunjukkan alasan-alasan, menarik kesimpulan, meneliti suatu jalan pikiran, mencari berbagai hal yang berhubungan satu sama lain, mengapa atau untuk apa sesuatu terjadi, serta membahas suatu realitas. Ilmiah artinya keilmuan, bersifat ilmu, secara ilmu pengetahuan.
Pemikiran keilmuan bukanlah suatu pemikiran yang biasa. Pemikiran keilmuan adalah pemikiran yang sungguh-sungguh. Artinya, suatu cara berpikir yang berdisiplin, di mana seseorang yang berpikir sungguh-sungguh takkan membiarkan ide dan konsep yang sedang dipikirkannya berkelana tanpa arah, namun kesemuanya itu akan diarahkannya pada suatu tujuan tertentu. Tujuan tertentu itu, dalam hal ini, adalah pengetahuan. Berpikir keilmuan atau berpikir sungguh-sungguh adalah cara berpikir yang di disiplinkan dan diarahkan kepada pengetahuan.[3]
Jadi sarana berpikir ilmiah dapat didefinisikan segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam berpikir secara sungguh-sungguh yang diarahkan kepada pengetahuan. Dan pada hakikatnya sarana berpikir ilmiah terdiri dari empat bagian, yaitu bahasa, matematika, statistik dan logika. Dan kali ini kita akan membahasnya satu persatu secara mendalam.
            1.    Peran Bahasa sebagai Sarana berpikir ilmiah
Bahasa ilmiah berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran seluruh proses berpikir ilmiah. Yang dimaksud bahasa disini ialah bahasa ilmiah yang merupakan sarana komunikasi  ilmiah yang ditujukan untuk menyampaikan informasi yang berupa pengetahuan dengan syarat bebas dari unsur emotif,  reproduktif,  obyektif, eksplisit.
            Bahasa pada hakikatnya mempunyai  dua fungsi utama yakni,
a.    Sebagai sarana komunikasi antar manusia.
b.  Sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang mempergunakan bahasa tersebut.
Bahasa adalah unsur yang berpadu dengan unsur-unsur lain di dalam jaringan kebudayaan. Pada waktu yang sama bahasa merupakan sarana pengungkapan nilai-nilai budaya, pikiran, dan nilai-nilai kehidupan kemasyarakatan. Oleh karena itu, kebijaksanaan nasional yang tegas di dalam bidang kebahasaan harus merupakan bagian yang  integral dari kebijaksanaan nasional yang tegas di dalam bidang kebudayaan. Ada dua pengolongan bahasa yang umumnya dibedakan yaitu :
a.  Bahasa alamiah yaitu bahasa sehari-hari yang digunakan untuk menyatakan sesuatu, yang tumbuh atas pengaruh alam sekelilingnya. Bahasa alamiah dibagi menjadi dua yaitu: bahasa isyarat dan bahasa biasa.
b.  Bahasa buatan adalah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan akar pikiran untuk maksud tertentu. Bahasa buatan dibedakan menjadi dua bagian yaitu: bahasa istilah dan bahasa antifisial atau bahasa simbolik. Bahasa buatan inilah yang dikenal dengan bahasa ilmiah.
Dalam sarana ilmiah, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu pertama, sarana ilmiah itu merupakan ilmu dalam pengertian bahwa ia merupakan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah. Kedua, tujuan mempelajari secara ilmiah adalah agar dapat melakukan penelaahan ilmiah secara baik. Sarana ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang pengetahuan untuk mengembangkan materi pengetahuan berdasarkan metode ilmiah.
Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan dalam proses berpikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Ketika bahasa disifatkan dengan ilmiah, fungsinya untuk komunikasi disifatkan dengan ilmiah juga, yakni komunikasi ilmiah. Komunikasi ini merupakan proses penyampaian informasi berupa pengetahuan.

           2.      Peran Matematika sebagai Sarana berpikir ilmiah
Matematika digunakan oleh seluruh kehidupan manusia. Baik matematika yang sangat sederhana maupun yang sangat rumit. Fungsi matematika sama luasnya dengan fungsi bahasa yang berhubungan dengan pengetahuan dan ilmu pengetahuan karena ilmu-ilmu pengetahuan semuanya mempergunakan matematika. Matematika digunakan sebagai salah satu sarana kegiatan ilmiah, yaitu meliputi sarana berpikir ilmiah, matematika sebagai bahasa, dan sebagai berpikir deduktif.
a.     Matematika sebagai Bahasa
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari serangkaian pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “artifisial” artinya setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu matematika merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati. Matematika adalah bahasa yang berusaha untuk menghilangkan sifat majemuk dan emosional dari bahasa verbal. Matematika mempunyai sifat yang jelas, spesifik, dan informative dengan tidak menimbulkan konotasi yang tidak bersifat emosional. Matematika mempunyai kelebihan lain dibandingkan dengan bahasa numeric yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif. Sedangkan bahasa verbal hanya mampu mengatakan pernyataan yang bersifat kualitatif.
b.      Matematika sebagai sarana berpikir deduktif
Matematika merupakan ilmu deduktif. Nama ilmu deduktif diperoleh karena penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi tidak didasari atas pengalaman melainkan didasarkan atas deduksi-deduksi (penjabaran-penjabaran). Matematika lebih mementingkan bentuk logisnya. Pernyataan-pernyataan mempunyai sifat yang jelas. Pola berpikir deduktif banyak digunakan baik dalam bidang lain yang merupakan proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan kepada premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan. Dalam semua pemikiran deduktif maka kesimpulan yang ditarik merupakan konsekuensi logis dari fakta-fakta yang mendasarinya. Kesimpulan yang ditarik tak usah diragukan lagi. Dalam peranan deduktif, bentuk penyimpulan yang banyak digunakan adalah system silogisme, dan silogisme Ini disebut juga sebagai perwujudan pemikiran deduktif yang sempurna.
Begitu pentingnya matematika sehingga bahasa matematika merupakan bagian dari bahasa yang digunakan dalam masyarakat. Hal tersebut menunjukkan pentingnya peran dan fungsi matematika, terutama sebagai sarana untuk memecahkan masalah baik pada matematika maupun dalam bidang.

           3.      Peran Statistik sebagai Sarana berpikir ilmiah
Peluang merupakan dasar dari teori statistika. Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi variable yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Statistika sering digunakan dalam penelitian ilmiah.
Ilmu dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang telah teruji kebenarannya. Suatu pernyataan ilmiah adalah bersifat faktual, dan konsekuensinya dapat diuji dengan baik dengan jalan menggunakan pancaindra, maupun dengan mempergunakan alat-alat yang membantu pancaindra tersebut. Pengujian mengharuskan peneliti untuk menarik kesimpulan yang berisfat umum dari kasus yang bersifat individual. Penarikan kesimpulan ini berdasarkan logika induktif.
Di pihak lain penyusunan hipotesis merupakan penarikan kesimpulan yang bersifat khas dari pernyataan yang bersifat umum dengan menggunakan deduksi. Jadi ada dua penarikan kesimpulan yaitu deduksi dan induksi. Logika deduktif berpaling pada matematika dan logika induktif berpaling pada statistika.
Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, makin besar contoh atau sampel yang diambil maka makin tinggi tingkat ketelitian kesimpulan tersebut. Statistika juga memberikan kemampuan untuk mengetahui suatu hubungan kausalitas antara dua atau lebih faktor yang bersifat kebetulan atau memang benar-benar terkait dalam hubungan yang bersifat empiris.
Statistika merupakan sarana berpikir ilmiah yang diperlukan untuk memproses pengetahuan secara ilmiah. Statistika membantu melakukan proses generalisasi dan menyimpulkan karakterisrtik suatu kejadian secara lebih pasti dan bukan terjadi secara kebetulan.


           4.      Peran Logika sebagai Sarana berpikir ilmiah
Logika berasal dari kata Yunani kuno (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur.[4] Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan di mana objek materialnya adalah berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran) dan objek formal logika adalah berpikir penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya.
Logika didefinisikan sebagai: pengkajian untuk berpikir secara sahih. Logika dipakai untuk menarik kesimpulan suatu proses berpikir berdasar cara tertentu, yang mana proses berpikir di sini merupakan suatu penalaran untuk menghasilkan suatu pengetahuan.
Logika adalah ilmu dan kecakapan menalar, berpikir dengan tepat (The science and art of correct thinking). Logika berpikir adalah berpikir lurus atau dikatakan menalar yaitu proses berpikir di mana kita menggunakan rasionalisme kita dalam menghasilkan pikiran menalar tersebut. Seseorang yang mempunyai logika berpikir yang tinggi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a.    Berpikir kritis
b.    Rasionalisme tinggi
c.    Dapat diterima oleh akal sehat
d.   Justifikasi dan falsifikasi
e.    Induksi dan deduksi
Logika dipilahkan dalam logika alamiah dan logika ilmiah. Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subjektif. Sedangkan logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi. Logika ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan asas-asas yang harus ditepati dalam setiap penalaran. Adapun kegunaan logika adalah:
a.    Membantu setiap orang yang mempelajari pola pikir secara rasional, kritis, lurus, tertib, metodis, dan koheren.
b.    Meningkatkan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif;
c.    Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.
d.   Menyadarkan dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas penalaran secara sistematis.
e.    Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpikir, kekeliruan serta kesesatan. dan
f.     Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.

C.      Hubungan antara sarana berpikir ilmiah Bahasa, Matematika, Statistika dan Logika
Sarana berpikir ilmiah meliputi bahasa, matematika, statistika, dan logika. Keempat sarana tersebut merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi dalam berpikir ilmiah. Dengan bahasa ide-ide bisa disampaikan secara jelas karena merupakan alat komunikasi yang efisien. Matematika yang berupa angka-angka dan simbol yang pasti, mengandung kebenaran yang obyektif. Statistika berguna dalam tahap-tahap kegiatan keilmuan mulai dari observasi, hipotesis, ramalan sampai pada pengujian kebenaran. Dan Logika merupakan ilmu kecakapan menalar. Sehingga dapat berpikir secara abstrak, cermat, dan obyektif dengan menggunakan asas-asas penalaran secara sistematis.






BAB III

PENUTUP


A.      Kesimpulan
1.      Berfikir merupakan ciri utama bagi manusia. Berfikir disebut juga sebagai proses bekerjanya akal. Secara garis besar berfikir dapat dibedakan antara berfikir alamiah dan berfikir ilmiah. Berfikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kehidupan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya. Berfikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan cermat.
2.      Bagi seorang ilmuan penguasaan sarana berfikir ilmiah merupakan suatu keharusan, karena tanpa adanya penguasaan sarana ilmiah, maka tidak akan dapat melaksanakan kegiatan ilmiah dengan baik. Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat untuk membantu kegiatan ilmiah dengan berbagai langkah yang harus ditempuh.
3.      Sarana berfikir ilmiah pada dasarnya ada tiga, yaitu : Bahasa ilmiah, Logika dan Matematika, Logika dan Statistika. Bahasa ilmiah berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan jalan fikiran seluruh proses berfikir ilmiah. Logika dan matematika mempunyai peranan penting dalam berfikir deduktif sehingga mudah mempunyai peranan penting dalam berfikir induktif dan mencari konsep-konsep yang berlaku umum. Namun dizaman sekarang komputer jaga bisa dimasukan sebagai sarana berfikir ilmiah, karena dalam komputer semua ada, dan apa yang kita inginkan hmapir seluruhnya dapat dijawab oleh komputer.

B.       Saran
Dengan adanya makalah ini kita dapat mengetahui paling tidak sedikit tentang apa dan bagaimana berpikir ilmiah. Akan tetapi, karena setiap manusia memiliki keterbatasan dan kekurangan maka penyusun mengharapkan kritik dan saran dari dosen pembimbing mata kuliah ini serta dari teman-teman seperjuangan juga. Sebab jalan menuju kesempurnaan adalah dengan saling mengisi.

DAFTAR PUSTAKA


Suharso dan Ana Retnoningsih, 2009, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Semarang: CV. Widya Karya.

S. Suriasumantri, Jujun, 2012, Ilmu dalam Perspektif, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Adib, Mohammad,  2010, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi dan Logika Ilmu Pengetahuan,Yogyakarta: Pustaka Pelajar.





[1] Drs. Suharso dan Dra. Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: CV. Widya Karya, 2009), hlm.454.
[2] Drs. H. Mohammad Adib, MA., Filsafat Ilmu Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan, Edisi ke-3 (Revisi), Cetakan I Maret 2015, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), Hlm.145.
[3] Jujun S. Suriasumantri, Ilmu dalam Perspektif, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2012), Hlm. 68-69.
[4] Drs. H.Mohammad Adib, MA.  Filsafat Ilmu : ontologi, Epistemologi, Aksi0ologi dan Logika Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), Hlm. 160.

No comments:

Post a Comment